Suksesnya kepemimpinan Nabi Muhammad SAW tidak terlepas dari tiga hal yaitu pemimpin yang holistic, accepted dan proven. Muhammad SAW merupakan pemimpin yang holistic karena ia mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang kehidupan. Kepemimpinannya mampu meresap keberbagai nuansa kehidupan melalui celah-celah yang tanpa disadari oleh manusia yang lain pada saat itu.
Beliau memulai mengembangkan kepemimpinannya berawal dari dirinya sendiri terlebih dahulu. Semangat kepemimpinan bisnis dan entrepreneurship yang ditunjukan semasa masih muda sangat menakjubkan. Kegiatan bisnis yang dilakukan hampir tidak pernah mengalami kerugian.
Saat menjadi kepala rumah tangga, beliau mampu mengembangkan leadership dalam kehidupan rumah tangganya. Kepemimpinannya mewarnai kehidupan sehari-hari bersama istri-istrinya sehingga nuansa harmonis tercipta begitu indah. Beliau dapat bersifat adil terhadap mereka semua. Dalam kehidupan yang lebih heterogen yaitu tatanan kehidupan masyarakat, beliau melahirkan era baru. Era yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Kepemimpinannya menjadikan kehidupan masyarakat menjadi akur. Perbedaan agama begitu dihargai. Sistem perpolitikan yang beliau terapkan mampu mengubah tatanan kehidupan masyarakat menjadi bermartabat. Sistem pendidikan dalam masyarakat berubah total. Pendidikan yang diterapkan menjadikan masyarakatnya bermoral dan nampak cerah. Dari segi hukum, Muhammad SAW menjunjung tinggi keadilan. Keadilan tanpa pandang bulu. Seandainya ada keluarganya yang bersalah maka hukumpun tetap diterapkan. Tatanan kehidupan masyarakat benar-benar berubah menjadi lebih baik karena kepemimpinan beliau.
Nabi Muhammad seorang pemimpin yang holistic juga terlihat dari strategi pertahanan yang diterapkan dalam masyarakat maupun peperangan. Hampir semua peperangan yang beliau pimpin selalu menang. Keamanan masyarakatnya juga diutamakan. Warga masyarakatnya benar-benar mendapat perlindungan tidak melihat apakah itu muslim maupun non muslim. Adakah saat ini pemimpin yang mampu berbuat seperti itu, atau paling tidak mendekati seperti itu.
Nabi Muhammad sebagai pemimpin agama.Beliau mengembangkan agama yang menjadi landasan dalam kehidupan ummat manusia, tak ubahnya laksana fondasi dari satu bangunan. Landasan itu ialah TAUHID, yaitu kepercayaan yang bulat dan mutlak terhadap ke-Esaan Allah SWT dan hanya kepada Allah SWT sajalah manusia wajib berbakti dan menyembah. Sebagian besar ummat manusia pada waktu itu tidak murni lagi kepercayaannya. Sebab di samping percaya kepada Allah, mereka percaya pula kepada tuhan-tuhan yang lain, malah ada yang menyembah patung-patung dan berhala-berhala. Ada pula yang percaya kepada pengaruh udara, matahari, bulan, bintang dan lain-lain yang mereka anggap menentukan keadaan dan nasib mereka. Apabila ditimpa kesusahan, mereka minta tolong kepada patung-patung, kalau mendapat nikmat, mereka memuja-muji berhala-berhala."Kekacauan" dalam bidang kepercayaan ini membawa pengaruh yang "kacau" pula dalam membentuk pandangan dan sikap yang buruk terhadap bidang-bidang kehidupan lainnya.Dengan ajaran Tauhid ini yang beliau ajarkan dan mantapkan kepada ummatnya dalam masa lebih kurang 13 tahun, akhirnya merupakan sumber yang memancarkan kemurnian, kekuatan yang mampu mengubah sikap hidup dan cara pikir ummat manusia pada waktu itu sesuai dengan pokok-pokok misi yang dijalankan oleh Rasulullah (Muhammad).Sebagai pemimpin agama, maka titik awal dan titik berat ajaran yang dikembangkan oleh beliau ialah menanamkan Tauhid, yang dalam Al-Quran disebutkan dengan predikat "Syaratun-thaiyibah" ; yaitu pohon yang baik, yang memenuhi syarat-syarat untuk hidup dan memberikan kehidupan.Apabila pohon Tauhid itu sudah tegak, kecuali dia kelihatan indah, daunnya yang rindang dapat dijadikan tempat berteduh di panas yang terik, buahnya bisa dinikmati kelezatannya, pun mahapenting ia berdiri tegak dan mantap (istiqamah), tidak bergoncang ditiup angin taufan sekalipun, sebab akarnya telah tertancap jauh ke dalam bumi (iman yang kuat dan kokoh).
Nabi Muhammad sebagai negarawan.Setelah Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tenaga inti yang sudah terlatih dan terseleksi, yaitu kaum Muhajirin, dibantu oleh kaum Anshar, maka dalam masa kurang lebih 10 tahun, satu masa yang relatif pendek, Rasulullah telah berhasil membangun satu pemerintahan Islam, DAULAH ISLAMIYAH, yang lengkap memenuhi unsur-unsur yang diperlukan dalam membangun dan mengembangkannya.Dalam segala bidang kehidupan, Rasulullah melaksanakan essensi dari pokok-pokok kehidupan suatu negara dan ummat, yang dalam kehidupan demokrasi beberapa abad kemudian terkenal dengan istilah: kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan (liberte, egalite, fraternite).Ajaran Islam memberikan hak-hak kemerdekaan kepada pemeluknya yang menjadi warganegara DAULAH ISLAMIYAH yang baru dibangun pada masa itu. Kemerdekaan berpikir dan kemerdekaan melahirkan pendapat dalam pemerintahan senantiasa dikembangkan oleh negarawan yang bernama Muhammad. Di samping itu, baik melalui ketentuan-ketentuan dalam pemerintahan maupun dalam sikap dan pergaulan sehari-hari, beliau mengembangkan ruh dan semangat persamaan serta persaudaraan. Beliau menghapuskan perbedaan-perbedaan karena keturunan, kekayaan, kebangsaan, perbedaan warna, dan kulit serta lain-lain sebagainya, sehingga orang-orang asing seperti Salman Al Farisi yang berkebangsaan Persia, diberikan kedudukan dan memegang peranan yang penting dalam pemerintahan Islam. Dalam pergaulan dan urusan-urusan keagamaan, seorang yang berkulit hitam dan tadinya pernah menjadi budak seperti Bilal bin Rabah, mendapat kedudukan sesuai dengan kemampuannya dan loyalitasnya.Walaupun kepemimpinan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai utusan Allah (Rasulullah) senantiasa mendapat bimbingan dan petunjuk Ilahi, tapi mengenai pelaksanaan sesuatu hal yang tidak ditetapkan oleh wahyu, beliau selalu bermusyawarah dengan para pembantunya serta para sahabat pada umumnya, sesuai dengan garis-garis yang ditetapkan oleh wahyu Ilahi, yang memerintahkan:"Bermusyawarahlah dengan mereka dalam beberapa urusan." (QS. Ali Imran III: 159)."Urusan-urusan mereka haruslah (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka sendiri." (QS. As-Syura XLII: 38).
Nabi Muhammad sebagai pembangun moral.Salah satu faset lainnya kepemimpinan Rasulullah ialah tentang misi beliau sebagai pembangun moral, akhlak dan budi pekerti. Malah justru membangun moral itu merupakan tugas beliau yang utama, seperti dinyatakan oleh Rasulullah sendiri:"Saya diutus (titik beratnya) ialah untuk menyempurnakan (membangun) akhlak yang mulia." (Riwayat Imam Malik).Akhlak itu menjadi mustika (intan-permata) yang memantulkan cahaya yang berkilau-kilau dalam kehidupan manusia. Tak ubahnya laksana kembang bunga di dalam suatu taman yang menambah keindahan taman tersebut bila dipandang mata.Segala sifat-sifat dan watak yang baik, terpuji, mulia dan yang seumpamanya adalah termasuk dalam rangkaian akhlak itu. Misalnya saja sifat-sifat: rendah hati (tawadhu'), penyantun, ramah tamah, pemaaf, penyabar, sopan santun, ulet, sederhana, jujur, amanah, cerdas (fathanah) dan berpuluh-puluh sifat lainnya.Imam Gazali menyatakan bahwa tidak kurang dari 36 akhlak yang menghiasi kehidupan Rasulullah. (Ihya' Ulumuddin, jilid IV, hal. 353 s.d. 363).Budipekerti yang mulia itu lebih dahulu diterapkan dan ditunjukkan oleh Rasulullah sendiri dalam pergaulan sehari-hari, sehingga tidak heran apabila akhlak beliau itu laksana magnet yang mampu menarik jarum yang berserakan di sekitarnya. Ucapan-ucapan beliau sesuai dengan sifat dan tingkah lakunya, sesuai kata dengan perbuatan.Akhlak Rasulullah itu telah berhasil melembutkan hati manusia yang kesat, menundukkan sikap yang kasar, menimbulkan respek dan simpati orang banyak, menambah kecintaan orang-orang yang miskin, meyakinkan kaum wanita atas perlindungan yang diberikannya dan lain-lain sebagainya.Dalam hubungan dengan pengaruh akhlak dan sifat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, disimpulkan oleh Abdur Rahman 'Azzam, bekas sekjen Liga Arab beberapa puluh tahun yang lalu, sebagai berikut:"One of the most important aspects of this revolution was the moral and spiritual transformation which Muhammad examplified in his deeds and personality and in the principles he advocated in accordance with the letter and spirit of his message."Maksudnya:"salah satu aspek yang paling penting dari perubahan (revolusi) itu ialah penjelmaan akhlak dan jiwa yang diterapkan oleh Muhammad dalam perbuatan dan kehidupan pribadinya dan dalam prinsip-prinsip yang dipertahankannya sesuai dengan kata-kata dan semangat ajaran yang menjadi poko tugasnya." (The Eternal Message of Muhammad, hal 77).Keluhuran akhlak Rasulullah itu telah mendapat pujian dan bimbingan khusus dari Allah, seperti dinyatakan dalam Al-Quran (yang artinya):"Dan sesunguuhnya engkau (Muhammad) benar-benar mempunyai budipekerti yang agung." (QS. Al-Qalam LXVIII)
Nabi Muhammad sebagai negarawan.Setelah Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tenaga inti yang sudah terlatih dan terseleksi, yaitu kaum Muhajirin, dibantu oleh kaum Anshar, maka dalam masa kurang lebih 10 tahun, satu masa yang relatif pendek, Rasulullah telah berhasil membangun satu pemerintahan Islam, DAULAH ISLAMIYAH, yang lengkap memenuhi unsur-unsur yang diperlukan dalam membangun dan mengembangkannya.Dalam segala bidang kehidupan, Rasulullah melaksanakan essensi dari pokok-pokok kehidupan suatu negara dan ummat, yang dalam kehidupan demokrasi beberapa abad kemudian terkenal dengan istilah: kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan (liberte, egalite, fraternite).Ajaran Islam memberikan hak-hak kemerdekaan kepada pemeluknya yang menjadi warganegara DAULAH ISLAMIYAH yang baru dibangun pada masa itu. Kemerdekaan berpikir dan kemerdekaan melahirkan pendapat dalam pemerintahan senantiasa dikembangkan oleh negarawan yang bernama Muhammad. Di samping itu, baik melalui ketentuan-ketentuan dalam pemerintahan maupun dalam sikap dan pergaulan sehari-hari, beliau mengembangkan ruh dan semangat persamaan serta persaudaraan. Beliau menghapuskan perbedaan-perbedaan karena keturunan, kekayaan, kebangsaan, perbedaan warna, dan kulit serta lain-lain sebagainya, sehingga orang-orang asing seperti Salman Al Farisi yang berkebangsaan Persia, diberikan kedudukan dan memegang peranan yang penting dalam pemerintahan Islam. Dalam pergaulan dan urusan-urusan keagamaan, seorang yang berkulit hitam dan tadinya pernah menjadi budak seperti Bilal bin Rabah, mendapat kedudukan sesuai dengan kemampuannya dan loyalitasnya.Walaupun kepemimpinan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai utusan Allah (Rasulullah) senantiasa mendapat bimbingan dan petunjuk Ilahi, tapi mengenai pelaksanaan sesuatu hal yang tidak ditetapkan oleh wahyu, beliau selalu bermusyawarah dengan para pembantunya serta para sahabat pada umumnya, sesuai dengan garis-garis yang ditetapkan oleh wahyu Ilahi, yang memerintahkan:"Bermusyawarahlah dengan mereka dalam beberapa urusan." (QS. Ali Imran III: 159)."Urusan-urusan mereka haruslah (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka sendiri." (QS. As-Syura XLII: 38).
Nabi Muhammad sebagai pembangun moral.Salah satu faset lainnya kepemimpinan Rasulullah ialah tentang misi beliau sebagai pembangun moral, akhlak dan budi pekerti. Malah justru membangun moral itu merupakan tugas beliau yang utama, seperti dinyatakan oleh Rasulullah sendiri:"Saya diutus (titik beratnya) ialah untuk menyempurnakan (membangun) akhlak yang mulia." (Riwayat Imam Malik).Akhlak itu menjadi mustika (intan-permata) yang memantulkan cahaya yang berkilau-kilau dalam kehidupan manusia. Tak ubahnya laksana kembang bunga di dalam suatu taman yang menambah keindahan taman tersebut bila dipandang mata.Segala sifat-sifat dan watak yang baik, terpuji, mulia dan yang seumpamanya adalah termasuk dalam rangkaian akhlak itu. Misalnya saja sifat-sifat: rendah hati (tawadhu'), penyantun, ramah tamah, pemaaf, penyabar, sopan santun, ulet, sederhana, jujur, amanah, cerdas (fathanah) dan berpuluh-puluh sifat lainnya.Imam Gazali menyatakan bahwa tidak kurang dari 36 akhlak yang menghiasi kehidupan Rasulullah. (Ihya' Ulumuddin, jilid IV, hal. 353 s.d. 363).Budipekerti yang mulia itu lebih dahulu diterapkan dan ditunjukkan oleh Rasulullah sendiri dalam pergaulan sehari-hari, sehingga tidak heran apabila akhlak beliau itu laksana magnet yang mampu menarik jarum yang berserakan di sekitarnya. Ucapan-ucapan beliau sesuai dengan sifat dan tingkah lakunya, sesuai kata dengan perbuatan.Akhlak Rasulullah itu telah berhasil melembutkan hati manusia yang kesat, menundukkan sikap yang kasar, menimbulkan respek dan simpati orang banyak, menambah kecintaan orang-orang yang miskin, meyakinkan kaum wanita atas perlindungan yang diberikannya dan lain-lain sebagainya.Dalam hubungan dengan pengaruh akhlak dan sifat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, disimpulkan oleh Abdur Rahman 'Azzam, bekas sekjen Liga Arab beberapa puluh tahun yang lalu, sebagai berikut:"One of the most important aspects of this revolution was the moral and spiritual transformation which Muhammad examplified in his deeds and personality and in the principles he advocated in accordance with the letter and spirit of his message."Maksudnya:"salah satu aspek yang paling penting dari perubahan (revolusi) itu ialah penjelmaan akhlak dan jiwa yang diterapkan oleh Muhammad dalam perbuatan dan kehidupan pribadinya dan dalam prinsip-prinsip yang dipertahankannya sesuai dengan kata-kata dan semangat ajaran yang menjadi poko tugasnya." (The Eternal Message of Muhammad, hal 77).Keluhuran akhlak Rasulullah itu telah mendapat pujian dan bimbingan khusus dari Allah, seperti dinyatakan dalam Al-Quran (yang artinya):"Dan sesunguuhnya engkau (Muhammad) benar-benar mempunyai budipekerti yang agung." (QS. Al-Qalam LXVIII)